Sabtu, 05 April 2014

PERAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DIGITAL SISWA

Meningkatnya daya saing bangsa dapat dilihat dari kemampuan membaca digital yang dilakukan pelajar. Kemampuan membaca digital tersebut sangat ditentukan oleh model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Model pembelajaran tersebut harus mengacu kepada perkembangan teknologi saat ini yaitu internet, dimana pelajar dapat mengunduh sumber-sumber belajar dari jurnal internasional. Tulisan ini akan memaparkan tentang permasalahan seputar kemampuan membaca digital di kalangan pelajar. Ada empat permasalahan yang berkenaan dengan kemampuan membaca digital pelajar yakni: (1) jumlah masyarakat Indonesia yang memanfaatkan internet, termasuk pelajar dan guru masih minim; (2) kemampuan membaca digital pelajar sangat rendah; (3) daya saing dengan bangsa lain rendah; (4) model pembelajaran yang dilakukan guru sebagian besar masih tradisional. Kondisi Riil Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak sebagai sumber daya manusia potensial. Berdasarkan data sensus penduduk yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 tercatat ada 237.641.326 jiwa, dengan perincian yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa atau 49,79 persen dan di daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa atau 50,21 persen. Dari jumlah penduduk yang banyak tersebut, hanya sekitar 63 juta orang yang sudah mengakses internet, terutama jejaring sosial. Sedangkan sisanya dipastikan belum pernah memanfaatkan internet untuk meningkatkan kemampuan pribadinya. Bahkan kalangan pelajar sekalipun banyak yang belum menggunakan internet sebagai sumber belajar. Indonesia merupakan salah satu negara peninjau dari Organisation For Economic Co-Operation and Development (OECD). OECD adalah organisasi negara-negara maju yang merilis laporan mengenai penilaian terhadap pelajar dalam hal kemampuan membaca, termasuk di dalamnya kemampuan membaca digital, dalam kurun waktu tiga tahun sekali. Penilaian ini dilakukan oleh The OECD Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 terhadap pelajar berusia 15 tahun, yang menghasilkan laporan peringkat Indonesia berada pada urutan 57 dari 65 negara peserta survei. Jika memperhatikan kondisi nyata hasil penilaian yang berada jauh di bawah peringkat Singapura, Malaysia bahkan Thailand, maka sudah jelas harus ada perbaikan sistem dalam pembelajaran di sekolah. Kemampuan membaca digital harus menjadi budaya dalam sistem pendidikan,khususnya di sekolah. Hal ini akan memudahkan pencarian sumber belajar yang akan membuka cakrawala berfikir pelajar. Peran Sekolah Untuk memecahkan permasalahan riil di atas, sekolah sebagai pusat peradaban pendidikan harus memberikan solusi, sehingga kemampuan membaca digital siswa meningkat. Peran sekolah sangat penting untuk mencapai keberhasilan peningkatan sumber daya manusia. Peran tersebut diantaranya : 1) memfasilitasi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Saat ini hanya sebagian kecil guru yang memanfaatkan teknologi informasi berupa software powerpoint untuk membelajarkan siswa. Selebihnya bahkan hanya menerapkan metode ceramah dan diskusi yang cenderung monoton. Sebagai perwujudan inovasi pembelajaran, guru diharapkan mengubah paradigma mengajar. Guru harus menerapkan model mengajar yang memadukan model tradisional dan model online; 2) melatih guru agar dapat meningkat kapasitas, kompetensi dan kemammpuan profesionalnya sehingga terampil mengelola pembelajaran; 3) memperbanyak fasilitas koneksi internet, sehingga memudahkan siswa mencari informasi dari jurnal internasional baik yang terkait tugas di sekolah maupun terkait hobi mereka; 4) meningkatkan bandwith akses internet, sehingga siswa dapat mengunduh berbagai file dengan cepat; 5) memberikan sosialisasi secara secara massive kepada siswa mengenai pentingnya memanfaatkan internet secara sehat untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing di tingkat global; 6) mendatangkan guru tamu yang memberi pencerahan terkait berbagai informasi pembelajaran dari sumber internet yang bermanfaat untuk menunjang kualitas diri siswa. Jika peran ini dapat dijalankan oleh sekolah dengan baik, maka program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan memperbanyak sekolah berbasis IT (Information Technology), akan dapat terwujud secara cepat. Semoga.

Tidak ada komentar: